Rabu, 16 Juni 2010

Perayaan Trisuci Waisak KASI di JITEC



Membangun Bangsa Harus Dimulai Dari Diri Sendiri

caption: Pengurus KASI, panitia berfoto bersama sejumlah pejabat pemerintah serta tokoh-tokoh lintas agama di Aula JITEC, Mangga Dua Square.

JAKARTA: Setelah melaksanakan puja bakti bersama umat Budha di Candi Mendut dan Candi Borobudur, 28 Mei 2010 yang lalu, Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) masih melaksanakan sejumlah acara, yaitu Perayaan Waisak Nasional 2554 B.E dengan tema: “Dengan Dharma Membangun Karakter Bangsa – Dharma Kebenaran, Kejujuran, Keadilan, Kebijaksanaan” di JITEC Mangga Dua Square Lt. 8, Jln. Gunung Sahari Raya No.1, Jakarta Utara, Minggu malam (13/6).
Acara yang dihadiri lebih dari 2.000 umat Buddha ini juga dihadiri sejumlah pejabat pemerintah serta tokoh-tokoh lintas agama. Panggung berhias indah dalam aula raksasa JITEC diisi dengan nyanyian pembukaan menyambut para tamu yang hadir.
Nyanyian pembukaan dilanjutkan dengan tambur selamat datang sebelum para hadirin bersama-sama menyanyikan lagu kebangsaan INDONESIA RAYA dilanjutkan dengan pembacaan doa “demi keselamatan bangsa” yang dipimpin oleh tiga bhikkhu sangha yang masing-masing mewakili aliran Mahayana, Theravada, dan Tantrayana.
Acara juga diisi dengan tarian-tarian dan nyanyian-nyanyian di antaranya adalah Tarian “Napak Tilas Kelahiran Pangeran Siddharta” dan Musik Dhammaghosa. Nyanyian dan tarian ini dipersembahkan oleh anak-anak dan remaja-remaja dari vihara-vihara di Jakarta.
Pada puncak acara, Sri Pannyavaro Mahathera menyampaikan Renungan Waisak tentang pencerahan sempurna yang bagi umat Buddha merupakan pencapaian yang melampaui segalanya. Sri menceritakan kelahiran dan hidup Pangeran Shiddharta, serta bagaimana Sang Pangeran melihat kesengsaraan dalam kemakmuran yang pada akhirnya membawanya ke kehidupan pertapaan untuk mencari cara menghilangkan kesengsaraan hidup.
“Sebagai manusia kita cenderung melihat kesengsaraan dalam kemiskinan dan penderitaan, tapi mengabaikan kenyataan bahwa dalam kemakmuran pun ada penderitaan,” kata Sri Pannyavaro Mahathera.
Bertolak dari tema Waisak tahun ini, dengan cerita kehidupan Sang Buddha, Sri Pannyavaro Mahathera berharap kita bisa merenungkan makna dari tema tersebut. Untuk menggunakan dharma membangun karakter bangsa, kita sebelumnya harus menggunakan dharma membangun karakter pribadi sendiri, sebagaimana Buddha Siddharta mencari jawaban untuk menghilangkan kesengsaraan dengan kekuatan sendiri.
“Hanya dengan kesadaran untuk membangun diri sendiri, kita baru bisa membangun Bangsa,” katanya..
Setelah selesai mendengarkan renungan Waisak oleh Sri Pannyavaro Mahathera, sebagaimana semua akhir acara Waisak, para umat yang hadir menyanyikan lagu “Malam Suci Waisak” bersama. Panitia kemudian memberikan cinderamata kepada tamu-tamu kehormatan serta foto bersama sebelum menutup acara Trisuci Waisak 2554/2010. (DJO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar