Jumat, 02 Oktober 2009

Lustrum Ke-5 Tanam ‘’Time Capsule’’



Universitas Terbuka Siap Mendunia


Teks foto: Rektor UT, Tian Belawati (tengah menarik tali) disaksikan sekretaris Ditjen Dikti, Haris Iskan dan para undangan, sedang menurunkan “time capsule” ke dalam bunker di Kampus UT Pusat.


Jakarta: Universitas Terbuka (UT) yang didirikan sebagai perguruan tinggi negeri (PTN) ke-45 pada 4 September 1984, kini genap berusia 25 tahun.
Untuk memperingati HUT-nya UT menyelenggarakan peringatan dalam bentuk Lustrum ke-5 UT bertema “25 Tahun Melayani Bangsa: UT Menuju PTJJ Unggulan Dunia 2020”.
Rangkaian kegiatan dimulai 2 Mei 2009 dengan menyelenggarakan berbagai perlombaan dan pertandingan diikuti seluruh keluarga besar karyawan UT Pusat, para stakeholder (pemangku kepentingan) dan para utusan perguruan tinggi di sekitar Ciputat dan Pamulang.
Pada 4 September 2009 UT menyelenggarakan peringatan Lustrum ke-5 yang dihadiri Walikota Tangerang Selatan dan segenap jajaran pimpinan lainnya.
Pada puncak acara Jumat (2/10) ditandai dengan penanaman time capsule dilanjutkan seminar nasional dengan tema “Pendidikan Terbuka dan Jarak jauh sebagai Wahana Pembangunan Jatidiri Bangsa”.
Time capsule adalah kumpulan sample dokumen, benda yang bersifat ikonik dan produk pendidikan yang mencerminkan proses dan hasil capaian pendidikan UT selama 25 tahun. Kumpulan ini berisi berbagai ikon perkembangan pendidikan nasional sebagai pilar peradaban bangsa, dan dikemas dalam suatu “kapsul” yang dibuat dari bahan yang dapat bertahan lama di dalam bumi.
Ditanam di dalam bunker kecil berukuran 1x1 meter di depan gedung UTCC (Universitas Terbuka Convention Centre) di aera Kampus UT Pondok Cabe, Tangerang, Banten.
‘’Kapsul ini, apabila ditemukan 100 tahun lagi, maka generasi mendatang dapat melihat dokumen tersebut,’’ kata Tian.
Penanaman time capsule dilandasi oleh pemikiran bahwa kehidupan manusia secara perseorangan sangat dibatasi oleh life cycle yang bersifat natural dari lahir, berkembang, mencapai puncak, menurun, dan pada akhirnya wafat.
Namun peradaban yang dibangun oleh manusia memiliki life cycle yang mempunyai rentang yang lebih panjang dan bervariasi, karena peradaban suatu bangsa dibangun secara berkelanjutan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam konteks itulah terjadi proses pewarisan dan transformasi budaya.
Oleh karena itu proses pewarisan dan transformasi budaya, termasuk budaya pendidikan, harus dilakukan dengan sadar oleh setiap generasi agar terbangun alur peradaban yang mengusung nilai dan moral kolektif yang diteruskan dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Itulah makna sesungguhnya dari adagium historia vitae magistra, yang secara ikonik dapat dicerminkan dalam bentuk time capsule itu.
Sedangkan seminar nasional didasari sebagai sebuah refleksi atas perjalanan pengabdian UT terhadap bangsa Indoensia, pemancangan tonggak sejarah atau prasasti UT dalam transformasi pendidikan sebagai unsure pengembangan kemampuan, pembangunan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Serta komitmen masa depan untuk memberi kontribusi yang lebih besar lagi terhadap upaya pencerdasan kehidupan bangsa sebagaimana dimaksudkan dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Apalagi setelah 25 tahun mengabdi UT kini berkembang pesat dengan jumlah mahasiswa 596.922 orang dengan jumlah alumni 764.478 orang, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
"Jika dihimpun UT memiliki sekitar lebih dari 2 juta mahasiswa dan lulusan," kata Rektor UT, Prof Ir Tian Belawati, M.Ed, Ph.D.
Oleh karena itu, untuk lebih memaksimalkan peran UT dalam turut mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terkendala waktu dan ruang, dalam peringatan Lustrum ke-5 UT 4 September 2009 yang lalu, diluncurkan pula website baru UT, aplikasi layanan pelanggan, dan mobile learning.
Dalam upaya memperluas akses dan menciptakan suasana belajar yang lebih efektif itulah, UT membuat terobosan baru yaitu sistem pembelajaran online melalui M-Learn dan website, serta CRM.
Lebih lanjut Tian Belawati mengemukakan, belajar sekarang bisa dilakukan dimana saja, bisa di angkot atau busway. Yang penting mahasiswanya pakai smartphone yang membuka akses WAP atau GPRS.
Menurut Tian, sebenarnya sistem pembelajaran online ini sudah lama dilakukan oleh UT. Tetapi selama ini hanya dapat dilakukan melalui komputer yang terkoneksi dengan internet.
‘’Kendalanya tidak setiap mahasiswa UT punya komputer atau tersambung dengan jaringan internet,’’ katanya.
Selain itu dengan system M-Learn, diharapkan kendala keterbatasan koneksi internet di daerah dapat diatasi. Sebab M-Learn merupakan fasilitas tambahan untuk proses pembelajaran secara online dengan menggunakan telepon selular (handphone/HP).
Menurutnya, hampir semua masyarakat baik di kota maupun di desa saat ini sudah memiliki telepon selular. Bahkan sebagian besar diantaranya sudah memiliki fasilitas GPRS dan WAP serta sedangkan untuk kota-kota besar sudah berbasiskan HSDPA.
Prinsip pembelajaran melalui media HP ini sebenarnya sama dengan totorial online. M-Learn dapat diakses melalui browser di handphone dengan alamat http://mlearn.ut.ac.id.
Pada Lustrum ke-5 ini UT juga meluncurkan website baru UT yang tampilan dan kontennya lebih segar.
Menurut Tian, perubahan ini didasari pada semangat membangun komunikasi yang lebih komunikatif dengan para mahasiswa dan pemangku kepentingan, sehingga memudahkan mereka dapat mendapatkan layanan informasi UT melalui jaringan internet.
Sedangkan CRM, merupakan aplikasi layanan untuk mengakomodasi keluhan pelanggan. ‘’Melalui CRM ini, para mahasiswa dapat mengetahui proses penyelesaian komplain/keluhan mereka secara online,’’ kata Tian. DJO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar