Senin, 07 September 2009

Rektor ISI: Kita Sedang ‘Dicubit’ Agar Sadar

Masukkan Tari Tradisi Ke
Dalam Kurikulum Sekolah


Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Prof Dr J. Wayan Rai S, MA mengatakan, klaim Malaysia atas tari pendet menunjukkan bahwa bangsa itu ternyata sedemikian care-nya (peduli), sedemikian luar biasa, terhadap seni-budaya Indonesia.
‘’ Kejadian ini barangkali kita sedang ‘’dicubit’’ hingga kita terjaga. Memang kita tidak boleh tinggal diam. Mari kita telaah mana-mana asset bangsa dalam hal seni-budaya yang segera memiliki hak cipta, agar tidak dengan gampangnya diakui orang lain,’’ kata Wayan Rai di sela-sela sarasehan budaya sekaligus
peluncuran iklan TV Kuku Bima Energi terbaru versi ‘’Sejarah Perkembangan Tari Pendet’’ di Jakarta, Sabtu (5/9).
Tujuan sarasehan agar masyarakat mencintai budaya bangsa sendiri dan melestarikannya. Iklan versi ‘’Sejarah Tari Pendet’’ bercerita tentang keaneka-ragaman budaya bangsa, terutama mengenai sejarah dan perkembangan Tari Pendet.
Menurut Rektor ISI, kita memang mesti bijak dalam menghadapi masalah ini. Yang penting kita sekarang dan ke depan, kita segera memiliki hak paten warisan budaya bangsa.
Kalau dilihat dari segi positifnya, mereka tertarik betapa luhurnya karya seniman-seniman kita.
‘’Secara tidak langsung mereka mempopulerkan seni-budaya kita ya, ha..ha..,’’ katanya.
Kita boleh saja bereaksi sebagai wujud kecintaan, tetapi tidak terbatas pada protes-protes. Kita harus melakukan tindakan nyata. Selain mempatenkan karya-karya seni budaya, juga menanamkan kecintaan seni-budaya kepada anak-anak sekolah dari tingkat dasar hingga menengah.
Tari tradisional kita dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Bagaimana pendapat rektor ISI?
‘’Oh jelas saya setuju. Di Bali contohnya. Itu masuk dalam pendidikan formal, non formal. Di Denpasar, setiap Minggu anak-anak TK berparade. Bahkan di setiap kabupaten/kotamadya diadakan semacam lomba. Ini berkaitan dengan upaya penggalian, pembinaan dan pengembangan seni budaya kita,’’ ujar Wayan Rai.
Bagaimana kalau seni dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah secara nasional?
‘’Oh bagus sekali. Begini ya, di Amerika lebih dari 300 set gamelan –mulai dari Amerika Selatan, Meksik, AS hingga hampir ke seluruh dunia, baik itu gamelan Jawa, Sunda, Bali dan lain sebagainya,’’ tuturnya.
Hal ini menunjukkan betapa apresiasi ‘orang luar’ terhadap seni budaya Indonesia, sangat luar biasa.
Nah, kalau kita sendiri tidak hati-hati, abai terhadap kekayaan seni-budaya kita, apa yang bakal terjadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar